Minggu, 03 Desember 2017

Tentang Sinematografi

Tentang Sinematografi
 
Sejarah sinematografi sangat panjang, namun di sini tidak akan dibahas tentang “perjalanan” sinematografi dari awal. Kemajuan teknologi akan terus berkembang, demikian juga dengan teknologi sinematografi, sehingga kini dikenal dengan sinematografi digital. Kemajuan ini tentu saja akan lebih memudahkan para sineas dalam berkarya. Sebelum lebih lanjut membahas sinematografi, baiknya kita fahami dulu makna dari sinematografi itu sendiri.
 
Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris cinematograhy yang berasal dari bahasa latin kinema ‘gambar‘. Sinematografi sebagai ilmu serapan merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabung gabungkan gambar tersebut hingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide.
 
Sinematografi memiliki objek yang sama dengan fotografi yakni menangkap pantulan cahaya yang mengenai benda. Karena objeknya sama maka peralatannya pun mirip. Perbedaannya fotografi menangkap gambar tunggal, sedangkan sinematografi menangkap rangkaian gambar. Penyampaian ide pada fotografi memanfaatkan gambar tunggal, sedangkan pada sinematografi memanfaatkan rangkaian gambar.Jadi sinematografi adalah gabungan antara fotografi dengan teknik rangkaian gambar atau dalam senematografi disebut montase atau montage.
 
D.O.P
 
D.O.P atau Director of Photography adalah seorang seniman yang melukis dengan cahaya. Dia harus familiar dengan komposisi dan semua aspek teknik pengendalian kamera dan biasanya dipanggil untuk menyelesaikan permasalahan teknis yang muncul selama perekaman film. D.O.P sangat jarang mengoperasikan kamera. Kerja D.O.P sangat dekat dengan sutradara untuk mengarahkan teknik pencahayaan dan jangkauan kamera untuk setiap pengambilan gambar. “Itu adalah salah satu alasan utama kita untuk berusaha mendapatkan uang untuk menjadi entertain. Karena jika bukan untuk bakat dan pengetahuan sinematografer tidak ada jalan untuk membuat dunia kata-kata penulis kedalam gambar yang bisa dilihat oleh semua orang” demikian kata Sinematografer Michael Benson.
 
Banyak orang berpikir bahwa sutradara mengatur seorang aktor apa yang harus dia lakukan dan D.O.P mengambil gambar. Ini benar, tetapi ada banyak lagi proses selain hal tersebut. Perubahan dari script ke dalam layar lebar adalah melalui lensa seorang D.O.P. Pembuatan film adalah bekerja bersama dengan apa yang ada disana, dan memfilter apa yang ada disini melalui suatu alat yang disebut kamera. Sampai frame pertama digunakan, ini hanyalah sebuah kontrak, ide, konsep, script dan harapan.
 
Sinematografi tidaklah hanya melihat melalui kamera dan mengambil gambar. Namun tentu saja memerlukan mata yang tajam dan imaginasi yang kreatif. Ini juga memerlukan pengetahuan tentang kimia dan fisika, persepsi sensor yang tepat dan tetap fokus kepada detail. Hampir dari semua itu memerlukan kemampuan untuk memimpin dan juga mendengar, untuk menjadi bagian dari tim kreatif dan proses, dapat dengan memberikan saran yang membangun dan kritis. Sinematografer memerlukan waktu yang panjang dalam pekerjaannya dan memerlukan pengamat, waktu yang pendek untuk masuk ke dunia yang baru
 
Bekerja dengan Sutradara
 
Tanggung jawab utama dari D.O.P adalah untuk menciptakan jiwa dan perasaan dalam gambar dengan pencahayaan mereka. Tergantung kepada gaya sutradara, anda dapat memutuskan untuk memilih penampilan film anda sendiri, atau, biasanya setelah meeting dengan sutradara dan biasanya dilakukan bagian artistik yang anda pilih untuk mengatur teknik pencahayaan yang sesuai. Atau sutradara memiliki ide sendiri seperti apa bentuk film ini dan ini akan menjadi tugas D.O.P untuk memenuhi keinginan ini. Semua jalan kerja yang berbeda-beda ini hanyalah panduan yang menyenangkan dalam usaha untuk memenuhi harapan sutradara dan memberikan apa yang dia inginkan dan semoga memberikan kebanggaan dan kesetiaan seorang sutradara.
 
Sutradara dan sinematografer seharusnya secara konstan berdiskusi tentang angle kamera, warna, pencahayaan, blocking dan pergerakan kamera. Sutradara tahu apa yang dia inginkan. Bagaimana dia mengerjakan ini biasanya tergantung kepada sinematografer. Sinematografer menawarkan ide dan menerima penolakan. Sutradara adalah kapten dari kapal. Seberapa banyak atau sebatas mana kolaborasi yang dia inginkan adalah keputusannya
Sinematografer Darius Khondji mengatakan ”Saya melihat pekerjaan saya adalah untuk membantu director dalam memvisualisasikan film. Ini akan menjadi proses yang terus-menerus, ada banyak hubungan dengan sutradarara tidak hanya sebatas profesional, sering kali menjadi teman dekat dalam kolaborasi kami. “
 
Sebagai seorang manager, saya mempelajari banyak hal tentang bagaimana mengatur orang. Saya belajar bagaimana merencanakan dan apa peran penting sebuah tim. Saya belajar cara menangani lokasi, bekerja sebagai AD, mengendarai mobil, dan sebagian pertunjukan, bahkan sebagai pemegang kunci. Semua posisi adalah pelajaran yang tidak ternilai,” kata Neil Roach.
 
Salah satu pelajaran terpenting yang telah dipelajari Neil Roach sepanjang karirnya tentang pembuatan film adalah mengenai kolaborasi. “Saat anda bekerja dengan sutradara yang tepat, anda dapat menghasilkan kerja yang menakjubkan” Dia berkata, “Tidak menjadi masalah dengan sutradara, yang harus anda lakukan adalah anda bekerja yang terbaik. Karena tugas alami seorang kameramen adalah selalu berkata ‘tidak’. Tidak, anda menginginkan terlalu banyak cahaya. Atau ‘tidak’ anda tidak dapat melakukan ini dan itu. Dalam hati, saya selalu menggambarkan ini untuk menyenangkan diri saya sendiri, dan memperoleh apa yang saya inginkan pada waktu yang sama, memberikan pegawai apapun yang mereka inginkan.”
 
Sebagai seorang kepala departemen senior, D.O.P diharapkan dapat menjadi contoh keseluruhan unit. Sering kali hanya individu dari sinematografer yang bekerja sebatas kualitas fotografi saja. Ketepatan waktu, perilaku kru, pakaian, kesopanan semua menjadi satu, setidaknya bagian dari D.O.P sehingga mereka menetapkan standar profesional untuk setiap kru. D.O.P bertangung jawab untuk semua hal yang berkaitan dengan fotografi pencahayaan film , exposure, komposisi, kebersihan, dll, yang semua itu adalah tanggung jawab mereka
Operator kamera memainkan peran yang terpenting dalam membuat film dengan sutradara. Seorang operator pemula akan tidak percaya diri dengan sutradara. Ada segitiga sutradara, kamera (dan operator) , serta aktor”.
 
Michael Benson menjelaskan “Saat segitiga tersebut rusak, jalur komunikasi juga akan rusak. Ini dapat menjadi berbagai bentuk, tetapi segitiga tersebut adalah hal terpenting dari film dan pencerita dapat berafiliasi dengan ini. Operator adalah orang yang tahu jika suatu pengambilan sudah fokus. Saat ini ada suatu kesalahan bahwa teknologi dapat membetulkannya. Tetapi jika pengambilan tidak fokus, tidak ada teknologi yang dapat merubah supaya fokus”
 
Grip 
 
Grip bertanggung jawab pada dolly track dan semua gerakan yang dilakukannya. Dia juga bertanggung jawab untuk memindahkan tripod untuk setup selanjutnya: focus puller biasanya bersama dengan kamera. Salah satu hal terpenting adalah kamera tidak boleh dipindahkan saat dia masih berada di tripod. Grip juga bertanggung jawab terhadap gedung, atau mengatur gedung, mengawasi gedung, setiap konstruksi yang diperlukan untuk mendukung jalur atau pergerakan kereta supaya bisa berjalan. Tingkat dan kerataan kerja dorongan track adalah kunci sukses pengambilan gambar. Perawatan jalur dolly dan peralatannya adalah tugas grip. Mereka akan sering membangun atau membuat beberapa hal kecil untuk memperbaiki kamera di hampir setiap objek
 
Gaffer
 
Gaffer adalah seorang kepada elektrik dan akan bekerja langsung dengan D.O.P. Beberapa D.O.P akan menentukan bentuknya dan pintu gudang dan yang tidak dia inginkan- ini tergantung kepada bagaimana mereka ingin bekerja bersama, Sering D.O.P akan dekat dengan gaffer daripada anggota kru lain. Mereka sangat vital untuk kesuksesannya
 
Sejak pertama kali sinematografer Ward Russell “naik“ menjadi Director Photography, dia memberikan nasihat kepada gaffernya “Saya selalu memberitahukan kamu bahwa kamu dapat belajar dari bayangan daripada dengan melihat cahaya Anda dapat mengatakan arah, kelembutan, intensitas, dan perbandingan kepada bayangan. Bayangan memberikan kamu kontras dan kontras yang memberikan kamu bentuk dan drama. Exposure saya selalu sesuai, tidak lebih, seberapa detail saya ingin melihat dalam bayangan sama dengan seberapa terang saya ingin dari cahaya. Untuk saya, sekali anda memiliki titik yang tepat untuk cahaya, proses kreatifnya adalah seberapa banyak cahaya yang dapat anda ambil
 
Kamera Film
 
Manusia telah dibohongi oleh film selama berabad-abad. Salah satu alasannya adalah oleh satu peralatan kecil sederhana (yang juga merupakan peralatan dasar sinematografer), kamera film, untuk merekam langsung dari imaginasi kita. Hal pokok dari kamera film adalah beberapa kotak, salah satunya dengan lensa di depan dan mekanisme yang dapat ditarik sesuai dengan lama film setidaknya enam belas kali setiap detik.
 
Hal lainnya memiliki panjang yang sesuai untuk mekanisme film, dengan ruang yang tersisa untuk mengambil gambar setelah exposure. Saat gambar-gambar dari alat ini diproyeksikan oleh mekanisme yang sesuai, mereka memberikan representasi dari scene asli dengan semua pergerakannya yang ada didalamnya untuk ditampilkan dengan benar.
 
Bagian mesin yang sangat tepat ini memiliki sejumlah fungsi, yang masing-masing memerlukan pemahaman dan perawatan, dari kamera untuk tetap menghasilkan yang terbaik dan konsisten. Seorang kameramen pemula harus mencoba untuk familiar dengan itu semua dan nyaman dengan pengoperasian kamera, sehingga dia dapat berkonsentrasi untuk aspek kreatif dari cinematography. Pergerakan mekanisme film adalah berbeda dengan kamera saat hanya sebagai sebuah kamera. Ilusi dari pergerakan gambar diciptakan oleh pergantian fotografi yang cepat.
 
Menghasilkan gambar yang bergerak cepat dengan panjang tertentu dari gambar yang ada adalah yang menjadi perhatian dari pandangan manusia. Jika gambar dipancarkan ke retina, mata manusia akan melihat gambar, singkatnya, secara keseluruhan dan seterusnya, untuk periode yang singkat, gambar akan tetap berada di dalam manusia saat menjadi redup atau menghilang.
 
Jika gambar kedua ditembakkan ke retina manusia akan dapat melihat dua gambar yang berkelanjutan tanpa ada sorotan yang pertama.. Proses flashing gambar yang berkelanjutan ini akan membuat otak menganggap tidak ada jarak antara dua gambar tersebut dan pergerakannya lembut. Laju flashing gambar ke mata adalah sepuluh flash setiap detiknya, dalam laju ini efek kedip akan tidak terasa. Hanya di sekitar enam belas atau delapan belas gambar baru per detik yang menyebabkan pergerakan dianggap sebagai suatu pergerakan yang dapat diterima dan efek kedip dapat dikurangi sampai ke titik yang dapat diabaikan.
Seiring pergantian abad, laju frame menjadi 18 frame per detik (fps) menjadi sesuatu yang umum.
 
Saat ini baik kamera dan proyektor masih dengan tuas tangan dan memiliki kecepatan 2 putaran per detik yang akan menghasilkan laju frame, yang sangat nyaman.

Tahapan Pra Produksi

Halo teman teman,
Kita bahas tentang apa saja yang dilakukan pada saat pra produksi yuk! Berikut beberapa proses pra produksi yang saya susun untuk project company profil atau iklan. Supaya bisa menjadi panduan bekerja dan berkreatif
Jika ada masukan dan tambahan silahkan komen dibawah 
Terima kasih...
 
1. Pre production meeting 1  (Creative Brief)
Biasanya jika client sudah punya konsep apa yg ingin di produksi, mereka akan memanggil pihak PH untuk memproduksi konsep mereka.
a. Penyampaian gagasan.
Penyampaian gagasan pokok atau konsep tentang apa yg akan di kerjakan
b. Brainstorming.
Dalam tahapan ini, semua team membahas tentang konsep yang akan di      kerjakan. Agar semua team bisa ada dalam satu pandangan dalam mengerjakan konsep.

2. Konsep & Budgeting
Setelah di brief oleh pihak Agency atau Client, PH mempersiapkan segala sesuatunya. Antara lain ;
a. Riset.
Setelah konsep terbentuk, dlakukan riset mengenai konsep yang akan di produksi
b. Pembuatan script, treatment dan storyboard.
Dari hasil riset, lalu di buat treatment, script dan storyboard oleh Director yang di tunjuk oleh PH.
c. Hunting lokasi.
Mencari lokasi yang cocok untuk mengeksekusi konsep cerita
d. Pemilihan talent.
Pemilihan talent yg cocok dengan konsep cerita
e. Budgeting
Menghitung budget keseluruhan untuk mengeksekusi konsep.

3. Pre production meeting 2
Biasanya setelah PH siap untuk memproduksi, diadakan Pre production meeting. Gunanya adalah mendapatkan approval script yang sudah disiapkan oleh Director. Karna biasanya Director punya pandangan sendiri tentang konsep tersebut. Jadi ini yang harus di selaraskan dengan kemauan client.
a. Presentasi keseluruhan konsep.
b. Penentuan lokasi.
c. Penentuan talent.
d. Pengajuan budget.
e. Penyesuaian konsep.
f. Penyesuaian budget.


4. Penyesuaian dan pengembangan
Setelah prepro meeting, biasanya ada koreksi dan penyesuaian yang bisa menyatukan antara kemauan client, agency dan Director.
a. Revisi konsep secara tertulis.
b. Revisi budget secara tertulis.
c. Membuat breakdown dan jadwal produksi.


5. Final Pre Production Meeting
Dalam meeting ini dilakukan finalisasi tentang konsep, lokasi, talent, wardrobe dan segala macam detail dari sebuah produksi. Diharapkan ketika di hari shooting, tidak adalagi perdebatan2 mengenai konsep.
a. Presentasi konsep.
b. Pengajuan budget baru.
c. Menentukan jadwal produksi.
 
6. Approval

METODE EDITING FILM

METODE EDITING FILM

Secara umum, proses editing film dibedakan menjadi dua metode, yakni Continuity Cutting dan Dynamic Cutting.

1. Continuity Cutting
Metode ini merupakan metode editing film yang berisi penyambungan dari dua buah adegan yang mempunyai kesinambungan.

2. Dynamic Cutting
Metode editing film yang berisi penyambungan dari dua buah adegan yang tidak mempunyai kesinambungan.

TEKNIK EDITING FILM

Teknik editing film dikategorikan menjadi empat jenis, yakni pararel editing, cross cutting, contras editing, dan montase trope.
1. Pararel Editing
 Yakni kalau ada dua adegan yang mempunyai persamaan waktu, harus dirangkaikan silih berganti.
2. Cross Cutting
Yakni beberapa adegan yang disilang atau penyilangan dua adegan dalam waktu tidak bersamaan.
3. Contras Editing
 Yakni susunan gambar yang memperlihatkan kontradiksi dua adegan atau lebih.
4. Montase Trope
Yakni sistem editing yang mempergunakan simbol atau lambang-lambang yang menimbulkan pemikiran pada penonton.

Pada dasarnya, editing film dengan video tidak ada bedanya. Hal yang membedakannya, yakni pada aspek teknologinya. Karena dalam perkembangannya muncul teknologi digital, untuk lebih jelasnya dibedakan antara analog dan digital.

LINEAR DAN NONLINEAR EDITING

Jika kita cermati, sebetulnya editing film yang kita saksikan pada umumnya menggunakan nonlinear editing karena di dalamnya memungkinkan terjadinya penambahan atau pengurangan di sembarang tempat terhadap shot dan scene-scene yang ada. Secara umum untuk membedakan antara linear editing (analog dan digital) dan nonlinear editing terlihat pada aspek teknologinya. Ramang Syah menjelaskan, pada proses pengalihan editing video tape yang sangat mendasar adalah proses pengalihan/dubbing dari sumber material (original tape) ke edit master (master tape). Untuk melakukan editing, hal-hal yang perlu dipikirkan dan dilakukan secara bertahap, yakni :
  • Memilih gambar dan suara dari sumber materi dan tentukan bagian-bagian mana yang ditransfer ke master tape,
  • Kemudian temukan bagian-bagian itu harus ditempatkan pada master tape,
  • Untuk mendapatkan sequence yang tepat sesuai dengan naskah, bagian-bagian tadi harus ditempatkan pada ruang kolom yang sesuai,
  • Sesudah itu informasi tadi dialih/dub dari sumbernya ke master tape, scene by scene. Sampai saat ini, belum ada keseragaman dalam proses rekaman gambar sehingga setiap produser mendesain dan membuat video tape recorder (VTR) menurut versinya masing-masing. Hal ini dapat kita jumpai pada format-format VTR yang banyak dipasarkan antara lain Format B, C, Umatic, Betacam, dan lain-lain. Saat ini yang dianggap paling tinggi kualitas gambar dan suaranya adalah digital VTR yang dirintis oleh Matsushita Panasonic dengan type AD 350 (kamera dan VTR digital pertama kali digunakan di Olimpiade Barcelona 1992).
VTR merupakan suatu mesin yang terdiri atas sistem elektronik dan mekanik yang digunakan saat rekaman, editing, dan penyiaran. Alat ini berfungsi merekam signal video dan audio kemudian memutar kembali kedua signal tersebut (play back) secara bersamaan (syncron). Selain kedua signal tadi, juga turut terekam signal pengontrol (CTL = control track line) dan signal identifikasi/addres (TC + time code) (Syah, 2000 : 1-2).
LINEAR EDITING

Pada sistem linear editing, prosesnya dilakukan dengan cara langsung dan apabila terdapat kekurangan dan kesalahan, akan dilakukan pengulangan. Pada akhirnya, editing sistem ini menuntut peralatan yang besar dan bermutu untuk menjaga kualitas hasil yang sedang dikerjakan. Pada umumnya, peralatan semacam ini hanya dimiliki oleh kalangan tv penyiaran (broadcasting house) dan production house (PH) skala besar. Jika hasilnya belum sempurna, akan dilakukan pengulangan editing yang memakan cukup banyak biaya. Untuk kalangan pembuat film indie, sistem ini jarang dipakai.
Dalam sistem ini, seorang editor harus teliti dan cermat dalam mengedit. Jika terjadi kesalahan sedikit saja, pekerjaan yang hampir selesai bisa jadi harus diulang dari awal. Lantas apa yang membedakan antara analog dan digital?
Pengertian umum analog dari teknologi media audio visual adalah cara merekam yang dilakukan, baik ketika shooting video maupun saat mentransfer dari pita satu ke pita yang lain dengan perangkat kerjanya, merupakan proses perekaman gelombang cahaya secara berkesinambungan (kontinyu) menjadi satu bentuk kurva garis melengkung, seperti garis grafik yang lengkungannya bergantung pada tinggi rendahnya cahaya itu sendiri.
Adapun pengertian digital merupakan proses perekaman gelombang cahaya dengan pola terputus-putus on-off lalu on-off begitu seterusnya, sesuai dengan karakternya dari teknologi komputer, yang pada akhirnya menjadi satu bentuk kurva garis kotak-kotak yang juga membentuk grafik yang terdiri atas banyak kotak kecil (Sahid, 2000:1).
NONLINEAR EDITING

Sistem inilah yang kini banyak diminati kalangan indie karena di samping mudah juga murah dan bisa dilakukan di setiap PC. Edit sistem ini sering disebut juga dengan istilah digital video editing. Sistem ini juga bisa disebut dengan Random Access dari video dan audio ke dalam suatu media rekam berupa disk (disk storage) atau hard disk.
Penyimpanan data di hard disk sangat memudahkan pengolahan. Selama data masih tersimpan di dalamnya, seorang editor bisa berulang-ulang mengedit bagian yang kurang sempurna tanpa harus mengulang dari awal lagi. Selain itu jika hasilnya sudah final, bisa dikopi berulang-ulang dengan kualitas yang tetap. Jika menggunakan teknologi analog, hasil berupa kaset tidak akan tahan sampai lima generasi pengkopian.
Langkah-langkah non linear editing adalah sebagai berikut:
  1. Logging Artinya pada sistem nonlinear editing yang dicatat adalah time code in (angka perhitungan jalannya pita kaset) dan time code out dari sebuah shot secara utuh, dari klip awal hingga sutradara memutuskan cut pada sebuah shot. Pada umumnya, mesin nonlinear editing jenis apa pun memiliki keterbatasan dari hard disk yang sangat berhubungan erat dengan banyaknya gambar yang bisa disimpan dalam memorinya. Dengan keterbatasan ini, seorang editor harus betul-betul memilih shot yang baik. Selection of action sudah dilakukan pada tahap logging ini. Apabila ada kesempatan, alangkah baiknya editor melihat lebih dahulu materi shot yang akan di logging. Pada tahap ini dilakukan pengadministrasian yang efektif sebab ada hal-hal prinsip yang harus dilakukan dalam menuliskan deskripsi dari shot-shot itu. Pertama editor harus menulis terlebih dahulu nomor scene pada awal kalimat, kemudian disusul masing-masing dengan nomor shot, dan nomor take, baru disusul dengan nama tokoh (karakter) yang akan muncul pada gambar itu, setelah itu keterangan peristiwa apa yang dialami atau terjadi dengan tokoh itu.
  2. Digitizing Yaitu proses memasukkan gambar dan suara yang sudah di- logging ke hard disk komputer. Sebelum pekerjaan ini dilakukan, editor harus memutuskan dahulu akan menggunakan audio video resolution (AVR) berapa, yaitu tingkat kualitas gambar seperti apa yang dibutuhkan dalam pekerjaan awal ini.
  3. Editing Film Pada tahap ini, editor biasanya melakukan off line edit dahulu untuk mendapatkan gambaran keseluruhan dari program yang diedit. Namun dalam kegiatan nonlinear editing jika mesin yang digunakan kualitasnya baik seperti Avid, on line d a n off line dapat dilakukan sekaligus.
  4. Redigitize Proses ini dilakukan dengan cara menggunakan edit decition list (EDL). Jika anda menggunakan mesin untuk off line berbeda dengan menggunakan mesin pada saat on line, kita harus menggunakan EDL dari time line yang sudah ada ketika membuat off line editing. Hal ini penting agar tidak terjadi perbedaan AVR di dalam satu time line, yang menyebabkan komputer tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya (Sahid, 2000: 
PEDOMAN PEMOTONGAN (CUTTING)

Pemotongan adalah lang,kah lanjutan setelah proses capturing dilakukan. Pemotongan dilakukan terhadap gambar redundan yang berupa
  1. bidikan-bidikan yang terlampau pendek yang disebabkan suatu kesulitan atau hal-hal lain pada saat pengambilan gambar. Umpamanya ketika juru kamera mengadakan pengambilan gambar lantas pandangannya terhalang oleh orang ramai,
  2. hasil pengambilan panning yang kurang stabil serta pencahayaan yang terlampau terang atau terlalu gelap,
  3. bidikan yang terlampau panjang harus dibuang sebagian karena ini dapat membuat penonton jemu,
  4. gambar-gambar yang kurang tajam (out of focus) jika hal ini tidak disengaja,
  5. hal-hal yang dirasakan mengganggu kelancaran isi cerita

Aktor-aktor memerankan tokoh dari kehidupan nyata

Aktor-aktor yang pernah memerankan tokoh/figur dari kehidupan nyata :

1.Daniel Day-Lewis ( Abraham Lincoln )


2.Aryo Bayu ( Presiden Soekarno )


3.Meryl Streep ( Margaret Thatcher )


4.Dian Sastro Wardoyo ( Kartini )


5.Robert Downey Junior ( Charlie Chaplin )


6.Reza Rahardian ( Rudy Habibie )


7.Michelle Yeoh ( Aung San Syu Ki )


8.Gary Oldman ( Ludwig Van Beethoveen )


9.Vino G. Bastian ( Chrisye )


Siapa yang paling berhasil menurut kalian ?

BOLEH NGGAK NGERUBAH DIALOG DI SKENARIO?

Pertanyaan yang sering di dengar dari para pemain adalah "Saya harus ikuti dialog di skenario, atau boleh saya rubah-rubah?" Biasanya untuk menjawab pertanyaan ini saya mencoba diplomatis dan mencari kalimat yang sederhana dan singkat supaya si pemain mengerti, atau setidaknya tidak bertanya lagi. Tapi pada beberapa pemain yang kelihatannya antusial betul untuk tahu, maka yang terjadi kemudian adalah diskusi seniperan. 'apakah aktor boleh mengembangkan dialog dan bisnis aktingnya di luar apa yang tertulis di dalam skenario?' Jawaban yang benar untuk pertanyaan ini seharusnya adalah 'boleh'. Tapi ini bukan soal boleh dan tidak boleh dalam kasus anak kecil minta ijin boleh main atau harus belajar di kamarnya. Persetujuan sutradara harus disertai penjelasan yang benar dan 'kalau boleh' lebih scientific. Aktor boleh dan bahkan harus mengembangkan karakter yang dimainkannya, dalam hal ini termasuk dialog dan bisnis aktingnya. Karena itulah salah satu tugas aktor. Tapi mengembangkan, merubah, menghilangkan sebuah dialog atau laku dalam skenario tidaklah sederhana. Untuk melakukan itu ada hal-hal yang terlebih dahulu dikerjakan oleh aktor. Apakah dia telah membaca, memahami dan meyakini cerita dalam skenario, berhubungan dengan perannya. Apakah aktor sudah membaca dengan benar? Apakah aktor sudah menggali berbagai fakta dan mendapatkan referensi yang tepat untuk karakter yang akan dimainkannya? Kenapa dialog atau laku harus dirubah? Apa keuntungan dan kerugiannya? Apa pendapat dan konsep sutradara sejalan dengan perubahan yang ditawarkan? Membahas soal ini bisa menjadi percakapan yang panjang. Tapi setidaknya yang ingin saya sampaikan adalah betapa tidak sederhananya sebuah dialog atau laku dalam skenario dirubah, bukan hanya oleh aktornya, bahkan sutradara. -semoga bermanfaat.

"dikutip dari FB Joko Nugroho"




HALANGAN BAGI AKTOR UNTUK BERPERAN SECARA MAKSIMAL

HALANGAN BAGI AKTOR UNTUK BERPERAN SECARA MAKSIMAL

Berbeda dengan profesi lain, aktor menggunakan dirinya sebagai instrumen dalam menjalankan pekerjaannya. Tubuh, pikiran dan perasaan adalah satu kesatuan instrumen tersebut. Secara umum, aktor harus berurusan dengan 2 hal penting ; physical bussines ( urusan fisik ; tubuh & suara ) dan mind bussiness ( urusan fikir ; termasuk didalamnya rasa ). Semacam definisi hardware dan software dalam istilah I.T. Kedua hal itu haruslah dilatih, dikelola dan difungsikan secara maksimal. Kesempurnaan instrumen itu akan membuat proses seniperan yang dijalankan mencapai hasil yang sempurna. Untuk mengelola urusan fisik, aktor melakukan latihan -latihan seperti olah tubuh, olah vokal dll. Sedangkan untuk urusan fikir dan rasa, aktor melakukan latihan khusus seperti olah rasa, kontemplasi, yoga, latihan kecerdasan seperti membaca buku, memainkan game tertentu atau kuis. Namun demikian, ada hal-hal yang berpotensi menjadi halangan/kendala bagi aktor untuk berseniperan secara maksimal. Hal-hal tersebut ada yang bersifat alamiah, ada pula yang bersifat kultural dan ideologis. Hal-hal yang bersifat alamiah antara lain ; postur tubuh, warna suara atau cacat fisik tertentu yang disandang. Sedang halangan yang sifatnya kultural dan ideologis adalah bahasa/dialek, adat/custom, rules of religion/tata aturan dalam satu keyakinan, pantangan dll. Semua halangan itu tidak kemudian membuat seseorang tidak memiliki kesempatan untuk berprofesi menjadi aktor, tapi tidak memiliki pilihan yang luas atau terbatas pada pilihan yang fit atau sesuai dengan faktor-faktor tersebut. Terlepas dari itu, semua kembali pada passion dan will aktor yang bersangkutan dengan usaha yang kuat, serta keputusan yang tepat. Semua halangan itu bisa saja dianulir. Karena beberapa aktor berpendapat, seniperan adalah keyakinan yang mereka pilih sebagai jalan dan pedoman hidup

dikutip dari fb Joko Nugroho


Senin, 29 Desember 2014

PH Rumah Produksi Part 1

Profil PH Rumah Produksi Part1:

Soraya Intercine Films

Add caption

Rumah produksi ini adalah salah satu PH senior di Indonesia. Didirikan pada tahun 1982, di bawah Vice President Sunil Soraya

film film yang sudah di produksi oleh Soraya Intercine film ini adalah :

    Chika (film) (2008)
    Apa artinya cinta? (2005)
    Eiffel I'm in Love (2003)
    Putri duyung (2001)
    Pencet Sana Pencet Sini (1994)
    Pergaulan Metropolis (1994)
    Saya Duluan Dong (1994)
    Wanita Dalam Gairah (1994)
    Dangerous Seductress (1992)
    Masuk Kena Keluar Kena (1992)
    Salah Masuk (1992)
    Kembalinya Si Janda Kembang (1992)
    Sudah Pasti Tahan (1991)
    Misteri Janda Kembang (1991)
    Bisa Naik Bisa Turun (1991)
    Lupa Aturan Main (1990)
    Mana Bisa Tahan (1990)
    Wanita Harimau (1989)
    Godain Kita Dong (1989)
    Akibat Terlalu Genit (1988)
    Pembalasan Ratu Pantai Selatan (1988)
    Ratu Buaya Putih (1988)
    Malu-Malu Mau (1988)
    Santet (1988)
    Depan Bisa Belakang Bisa (1987)
    Saya Suka Kamu Punya (1987)
    Depan Bisa Belakang Bisa (1987)
    Samson dan Delilah (1987)
    Ranjang Setan (1986)
    Petualangan Cinta Nyi Blorong (1986)
    Malam Jumat Kliwon (film tahun 1986)
    Atas Boleh Bawah Boleh (1986)
    Budak Nafsu(1983)
    Perkawinan Nyi Blorong (1983)
    Sundel Bolong (1981)
    5cm (2012)
    Moga Bunda Disayang Allah (2013)
    Rumah Kentang (2012)
    308 (2013)
    Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (2013)
    Mall Klender (2014)
    Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck    Extended (2014)
    Rumah Gurita (2014)
    Supernova: Ksatria, Putri, & Bintang Jatuh (2014)
    Antologi Rasa (2015)
    2 (2015)

 

Film "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck" yang diadaptasi dari novel mahakarya sastrawan sekaligus budayawan Haji Abdul Malik Karim Amarullah atau Hamka menjadi film termahal yang diproduksi selama ini.

Observasi, proses pra-produksi, casting, sampai penulisan skenario pun dimulai sejak tahun 2008. Berarti sudah lima tahun berjalan guna merampungkan film terbesarnya. Bahkan, Sunil pun sempat ragu film ini dapat diselesaikan karena cukup panjang prosesnya

Contact Us
PT Soraya Intercine Films
Jl. KH Wahid Hasyim Menteng
Jakarta Pusat - Indonesia
(Phone) 021.39837555
(Fax) 021.39837556
(Mail) info@sorayafilms.com
Twitter: @sorayafilms